T A F A K U R
Syekh Sayyid Al-Haddad
Anda mesti punya kebiasaan tafakkur setiap hari dan malam, apakah satu atau beberapa jam. Dan waktu paling bersih, paling sunyi dan paling bagus untuk hadirnya hati dalam bertafakkur adalah tengah malam.
Kebajikan agama dan dunia sangat bergantung pada tafakkur yang benar. Siapa yang bisa tafakkur dengan cara yang benar ia akan meraih kemuliaan. Dalam hadits disebutkan, “Berfikir satu jam lebih utama dibanding ibadah setahun.”
Sayyidina Ali KW menegaskan, “Tidak ada ibadah yang hebat seperti tafakkur.”
Sebagian Arifin (Ibnu Athaillah as-Sakandary) mengatakan, “Renungan adalah lampu bagi qalbu, bila renungan (tafakkur) tidak muncul, hati tidak bercahaya.”
Objek-objek renungan cukup banyak, dan yang utama adalag tafakkur dibalik keajaiban ciptaan Allah Swt, efek dari kekuasaanNya baik lahir maupun batin, dan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat di alam Samawat dan alam bumi. Tafakkur ini memnambah kema’rifatan anda terhadap Dzat, Sifat dan Asma Allah Swt. Dalam Al-Qur’an Allah Swt, menyebutkan:
“Katakan, ‘Lihatlah apa yang ada di balik langit dan bumi.’” (Yunus, 101)
“Dan di balik bumi ada ayat-ayat bagi orang yang yaqin, dan di balik jiwamu, apakahkalian tidak melihatnya.” (Adz-Dzaariyat, 20-21).
Hendaknya pula anda merenungkan ayat-ayat Allah dan kebesaranNya yang menyambungkan dirimu padaNya, begitu juga nikmat-nikmatNya. “Ingatlah ayat-ayat kebesaran Allah, agar kalian beruntung.” (Al-A’raf, 69), “Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak bisa menghitungnya.”
(An-Nahl, 53). Buah dari tafakkur disini akan melahirkan rasa cinta kepada Allah Swt dan hati dipenuhi dengan tasakkur, lahir dan batin, sebagaimana Dia mencintai dan meridhoi kita.
Anda juga mesti berfikir betapa Maha Meliputinya Ilmunya Allah pada diri anda, pandanganNya padamu dan penglihatanNya padaMu.
Allah Swt, berfirman: “Niscaya sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa jiwanya yang membuatnya jadi waswas. Dan Kami lebih dekat kepadanya dibanding urat nadi.” (Qaaf, 16). “Dia menyertaimu dimana pun kamu berada, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan.” (Al-Hadid, 4). “Allah Maha Tahu apa yang ada dibalik langit dan apa yang ada dibalik bumi, tak ada di sana tiga orang melainkan Dia yang keempat, dan tak ada lima orang melainkan Dia yang keenam menyertai mereka.” (Al-Mujadilah, 7).
Buah tafakkur di sini anda menjadi malu kepada Allah Swt, karena Dia melihatmu, ketika kamu bersembunyi, atau ketika Dia memerintahmu namun kamu melanggarnya.
Anda juga perlu mentafakuri kesemberonoan anda dalam beribadah pada Tuhanmu, dan anda membiarkan dalam amarahNya dengan cara anda melanggar aturanNya. Allah Swt, berfirman: “Aku tidak jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu.” (Adz-Dzaariyat, 56).
“Apakah kamu menyangka bahwa Kami mencitakanmu sia-sia, dan sesungguhnya kamu tidak dikembalikan (padaKu)?” (Al-Mu’minun, 115).
“Wahai manusia , apa yang membuatmu durhakan kepada Tuhanmu Yangt Maha Pemurah?” (Al-Infithar, 6).
“Hai manusia sesungguhnya kamu telah bekerja sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuiNya.” (Al-Insyiqaq, 6).
Tafakkur tersebut bisa melahirkan sikap takut anda kepada Allah dan membuat anda akan mencela diri sendiri, menghindari sikap meremehkan pada Allah Swt, dan akan terus berdisiplin penuh semangat.
Anda juga perlu bertafakkur dengan kesibukan anda di dunia ini, cobaannya dan cepatnya kehilangan dunia anda, begitu pula tafakkur terhadap akhirat, kenikmatan dan kelanggengannya. Allah Swt, berfirman:
“Begitulah Allah menjelaskan padamu agar kamu berfikir, baik tentang di dunia maupun akhirat.” (Al-Baqarah 220-221).
“Bahkan mereka memprioritaskan kehidupan dunia, sedangkan akhirat lebih baik dan lebih abadi.” (Al-A’la, 16-17).
Tafakkur di sini akan melahirkan zuhud di dunia dan senang pada akhirat. Anda seyogyanya juga tafakkur terhadap dekatnya kematian, dan penyesalan setelah maut. FirmanNya:
“Katakanlah, sesungguhnya mati yang kamu hindari itu, sesungguhnya akan menemuimu, lalu kamu dikermbalikan kepada Allah yang Mahata Tahu akan yang ghaib dan yang nyata, dan akan diberitakan padamu apa yang pernah kamu lakukan.” (Al-Jumu’ah, 8).
“Hingga ketika datang kematian kepada seorang dari mereka, ia berkata, “Oh Tuhan, kembalikan aku (ke dunia), agar aku beramal yang shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah kata-kata yang diucapkannya saja.” (Al-Mu’minun, 99-100).
“Hai orang-orang beriman janganlah anda dilalaikan oleh harta-hartamu dan anak-anaknya untuk dzikir kepada Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka tergolong orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah dari sebagian apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum dating kematian kepada salah seorang diantara kamu, lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematianku) sampai waktu yang dekat yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun, 9-11).
Manfaat tafakkur ini anda tidak terlalu memanjangkan angan khayal, dan lebih banyak memperbaiki amal, serta menyiapkan bekal di hari kemudian.
Anda juga harus tafakkur atas akhlaq dan amal yang telah dideskripsikan oleh Allah Swt, tentang akhlak dan amal para Wali-waliNya dan para musuh-musuhNya, dan apa yang disiapkan oleh Allah Swt bagi dua golongan itu baik di dunia maupun di akhirat.
Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang baik senantiasa ada di syurga na’im, dan sesungguhnya orang yang buruk senantiasa di neraka jahim.” (Al-Infithar, 13-14).
“Apakah sama orang yang beriman dan orang yang fasik, sungguh tidak sama.” (As-Sajdah, 18).
“Adapun orang yang member dan bertaqwa dan bersedekah dengan penuh kebajikan sempurna, maka akan Kami akan memudahkan jalannya…Sedangkan orang yang bakhil dan mendustakan kebajikan, maka akan dipersulit jalannya.” (Al-Lail, 5-7).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ketika disebut Nama Allah, hatinya bergetar, dan ketika dibacakan ayat-ayatNya pada mereka, maka imannya bertambah kuat, dan kepada Tuhan mereka berserah diri. Yaitu orang-orang yang mendirikan sholat dan memberikan nafkah atas apa yang telah Kami rizkikan. Mereka itu adalah orang yang beriman dengan benar. Bagi mereka adalah derajat luhur di sisi Tuhan mereka, dan mereka mendapatkan ampunban dan rizki yang mulia.” (Al-Anfaal, 2-4).
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa mereka bakal mendapatkan mandatr kekhalifahan di muka bumi sebagaimana Allah mengangkat khalifah orang-orang sebelum mereka.” (An-Nuur, 55).
“Maka masing-masing mereka itu Kami siksa akibat pebuatan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka yang yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi dan diantara mereka ada yuang Kami tenggelamkan, dan sekali-kali Allah tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al-Ankabuut, 40)
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian dengan yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf. Dan mereka menggenggamkan tangannya, mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang kafir dengan neraka jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka. Dan bagi mereka azab yang kekal.” (At-Taubah, 67-68).
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya, mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan akan mendapatkan syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya. Dan mendapatkan tempat-tempat yang bagus di syurga ‘adn. Dan keridhoan Alloah adalah lebih besar, adalah keberuntungan yang agung.” (At-Taubah, 71-72).
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan, tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa trenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka, karena keimanannya, di bawah mereka mengalir suangai-sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan. Doa mereka di dalamnya ialah Subhanakallohumma dan salam penghormatan mereka ialah Salaam. Dan penutup doa mereka ialah Alhamdulillahirobbil ‘alamiin.” (Yunus, 7-10).
Buah tafakkur terhadap makna ayat-ayat di atas adalah kecintaan terhadap orang-orang yang bahagia dan menuntun nadiri untuk mengi8kuti jejak mereka, mengamalkan sesuai amal-amal mereka, meakhlak dengan akhlak mereka. Sekaligius menjauhi orang-orang yang celaka, menjauhkan diri dari amal orang celaka, apalagi berakhlak dengan akhlak orang celaka.
Kita jangan keluar dari esensi yang ada di balk ayat tersebut, dan apa yang kami tunjukkan sudah cukup bagi mereka yang berakal sehat.
Hendaknya siapa pun mempresentasikan ragam setiap objek tafakkur yang relevan dengan ayat dan hadits Nabi Saw. Kami sampaikan relevansi hubungan objek tafakkur di atas dengan sejumlah ayat-ayatNya.
Anda harus menjauhi tafakkur terhadap Dzat Allah Swt dan Sifat-sifatNya, dari upaya mencari wujud nyata dan rasionalisasi terhadap wacana kaifiyahNya (seperti bagaimana bentuk, keadaan, arah, tempat dan waktu bagi Tuhan, pent). Banyak yang sia-sia dan hampa setiap orang yang mencoba menelusuri itu semua, atau terjebak pada proyeksi penyerupaan dengan makhluk. Dalam hadits Marfu’ disebutkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:
“Berfikirlah pada ayat-ayat Alloah dan jangan memikirkan pada Dzat Allah, sesungguhnya kalian tidak akan mampu menerka sebagaimana AdaNya.”
Inilah yang kami maksud dengan etika dibalik aktivitas tafakkur ini, serta tujuan dari wirid itu semua adalah menghadirkan diri di hadapanNya. Anda harus konsern di sana dantidak akan pernah sampai, kecuali ada menempuh thariqahnya; yaitu berbuat amal lahiriyah dengan upaya menghadirkan diri (hati) pada Allah Swt. Bila anda mampu konsisten di sini anda akan dibiasi oleh cahaya taqarrub, lalu mengalirlah ilomu-ilmu ma’rifat. Padsa saat itulah totalitas diri Anda benart-benar menghadap Allah Swt, sehingga kehadiran anda beserta Allah Swt, adalah wujud kesopanan dan danakhlak yang luhur di hadapanNya. Hingga anda berupaya untuk hadir bersama khalayak ketika ada kebutuhan dengan mereka. Namun jika tidak mampu demikian maka anda bias menmbangkitkan rasa sirna dan tenggelam serta fana’ dari segala hal selain Allah Swt sebagaimana diraih oleh Ahlullah.
Semua itu harus dilakukan dengan konsistensi terhadap amaliyah lahiriyah, dengasn menjaganya disertai rasa hadir di hadapan Allah Swt. Anda harus waspada untuk meninggalkan amaliyah wirid, karena anda dikawatirkan tidak bias langgeng, dan hal demikian adalah bentuk kebodohan.
Jangan pula mengamalkannya setiap waktu hanya karena alibi semangat dan selesainya urusan dunia, justru ketika semangat amaliyah harus bertambah dan ketika malas, amaliyah tidak boleh berkurang.
Ingatlah bahwa bergegas pada kebajikan danb menjaga ibadah serta istiqomah dalam kepatuhan adalah perilaku utama para Nabi dan para Wali, dari awal hingga akhir. Merekalah makhluk paling mengenal Allah Swt, maka wajar mereka adalah paling beribadah, paling taat dan paling takut dan cinta kepada Allah Swt.
Kadar penghadapan diri pada Allah swt, menurut kadar kecintaan hamba padaNya, dan kadar cdiukur menurut kadar ma’rifatnya. Sang hamba yang paling mengenalNya pastilah hamba yang paling mencintaiNya.
Bila dirimu dilipiuti oleh kesibukan duniawi dan hawa nafsumu menyeretmu yang menjauhkan dirimu dari wiridmu dan konsistensi ibadahmu, makaupayakan dengan serius agar anda punya waktu satu jam untuk Allah di pagi hari, dan satu jam di sore hari, paling tidak anda sibuk dengan istighfar dan tasbih serta ragam ibadah lainnya di dua waktu itu.
Dalam hadits Qudsy Allah Swt berfirman, “Hai anak Adam, jadikan (ibadah) untukKu satu jam di pagi harimu dan satu jam di sore harimu, Aku cukupkan dirimu waktu diantara pagi dan sore itu.”
Dalam hadits disebutkan, “Sesungguhnya lembaran catatan hamba ketika disodorkan pada Allah Azza wa-Jalla di setiap sore hari. Jika pagi dan sorenya si hamba itu dalam kondisi berbuat kebajikan, maka Allah Ta’ala berfirman pada para Malaikat, “Hapus saja, waktu antara pagi dan sorenya”. Dan itulah, “Anugerah Allah kepada kita dan kepada semua manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”
Syekh Sayyid Al-Haddad
Anda mesti punya kebiasaan tafakkur setiap hari dan malam, apakah satu atau beberapa jam. Dan waktu paling bersih, paling sunyi dan paling bagus untuk hadirnya hati dalam bertafakkur adalah tengah malam.
Kebajikan agama dan dunia sangat bergantung pada tafakkur yang benar. Siapa yang bisa tafakkur dengan cara yang benar ia akan meraih kemuliaan. Dalam hadits disebutkan, “Berfikir satu jam lebih utama dibanding ibadah setahun.”
Sayyidina Ali KW menegaskan, “Tidak ada ibadah yang hebat seperti tafakkur.”
Sebagian Arifin (Ibnu Athaillah as-Sakandary) mengatakan, “Renungan adalah lampu bagi qalbu, bila renungan (tafakkur) tidak muncul, hati tidak bercahaya.”
Objek-objek renungan cukup banyak, dan yang utama adalag tafakkur dibalik keajaiban ciptaan Allah Swt, efek dari kekuasaanNya baik lahir maupun batin, dan hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat di alam Samawat dan alam bumi. Tafakkur ini memnambah kema’rifatan anda terhadap Dzat, Sifat dan Asma Allah Swt. Dalam Al-Qur’an Allah Swt, menyebutkan:
“Katakan, ‘Lihatlah apa yang ada di balik langit dan bumi.’” (Yunus, 101)
“Dan di balik bumi ada ayat-ayat bagi orang yang yaqin, dan di balik jiwamu, apakahkalian tidak melihatnya.” (Adz-Dzaariyat, 20-21).
Hendaknya pula anda merenungkan ayat-ayat Allah dan kebesaranNya yang menyambungkan dirimu padaNya, begitu juga nikmat-nikmatNya. “Ingatlah ayat-ayat kebesaran Allah, agar kalian beruntung.” (Al-A’raf, 69), “Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak bisa menghitungnya.”
(An-Nahl, 53). Buah dari tafakkur disini akan melahirkan rasa cinta kepada Allah Swt dan hati dipenuhi dengan tasakkur, lahir dan batin, sebagaimana Dia mencintai dan meridhoi kita.
Anda juga mesti berfikir betapa Maha Meliputinya Ilmunya Allah pada diri anda, pandanganNya padamu dan penglihatanNya padaMu.
Allah Swt, berfirman: “Niscaya sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa jiwanya yang membuatnya jadi waswas. Dan Kami lebih dekat kepadanya dibanding urat nadi.” (Qaaf, 16). “Dia menyertaimu dimana pun kamu berada, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan.” (Al-Hadid, 4). “Allah Maha Tahu apa yang ada dibalik langit dan apa yang ada dibalik bumi, tak ada di sana tiga orang melainkan Dia yang keempat, dan tak ada lima orang melainkan Dia yang keenam menyertai mereka.” (Al-Mujadilah, 7).
Buah tafakkur di sini anda menjadi malu kepada Allah Swt, karena Dia melihatmu, ketika kamu bersembunyi, atau ketika Dia memerintahmu namun kamu melanggarnya.
Anda juga perlu mentafakuri kesemberonoan anda dalam beribadah pada Tuhanmu, dan anda membiarkan dalam amarahNya dengan cara anda melanggar aturanNya. Allah Swt, berfirman: “Aku tidak jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah padaKu.” (Adz-Dzaariyat, 56).
“Apakah kamu menyangka bahwa Kami mencitakanmu sia-sia, dan sesungguhnya kamu tidak dikembalikan (padaKu)?” (Al-Mu’minun, 115).
“Wahai manusia , apa yang membuatmu durhakan kepada Tuhanmu Yangt Maha Pemurah?” (Al-Infithar, 6).
“Hai manusia sesungguhnya kamu telah bekerja sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuiNya.” (Al-Insyiqaq, 6).
Tafakkur tersebut bisa melahirkan sikap takut anda kepada Allah dan membuat anda akan mencela diri sendiri, menghindari sikap meremehkan pada Allah Swt, dan akan terus berdisiplin penuh semangat.
Anda juga perlu bertafakkur dengan kesibukan anda di dunia ini, cobaannya dan cepatnya kehilangan dunia anda, begitu pula tafakkur terhadap akhirat, kenikmatan dan kelanggengannya. Allah Swt, berfirman:
“Begitulah Allah menjelaskan padamu agar kamu berfikir, baik tentang di dunia maupun akhirat.” (Al-Baqarah 220-221).
“Bahkan mereka memprioritaskan kehidupan dunia, sedangkan akhirat lebih baik dan lebih abadi.” (Al-A’la, 16-17).
Tafakkur di sini akan melahirkan zuhud di dunia dan senang pada akhirat. Anda seyogyanya juga tafakkur terhadap dekatnya kematian, dan penyesalan setelah maut. FirmanNya:
“Katakanlah, sesungguhnya mati yang kamu hindari itu, sesungguhnya akan menemuimu, lalu kamu dikermbalikan kepada Allah yang Mahata Tahu akan yang ghaib dan yang nyata, dan akan diberitakan padamu apa yang pernah kamu lakukan.” (Al-Jumu’ah, 8).
“Hingga ketika datang kematian kepada seorang dari mereka, ia berkata, “Oh Tuhan, kembalikan aku (ke dunia), agar aku beramal yang shaleh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah kata-kata yang diucapkannya saja.” (Al-Mu’minun, 99-100).
“Hai orang-orang beriman janganlah anda dilalaikan oleh harta-hartamu dan anak-anaknya untuk dzikir kepada Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka tergolong orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah dari sebagian apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum dating kematian kepada salah seorang diantara kamu, lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematianku) sampai waktu yang dekat yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun, 9-11).
Manfaat tafakkur ini anda tidak terlalu memanjangkan angan khayal, dan lebih banyak memperbaiki amal, serta menyiapkan bekal di hari kemudian.
Anda juga harus tafakkur atas akhlaq dan amal yang telah dideskripsikan oleh Allah Swt, tentang akhlak dan amal para Wali-waliNya dan para musuh-musuhNya, dan apa yang disiapkan oleh Allah Swt bagi dua golongan itu baik di dunia maupun di akhirat.
Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang baik senantiasa ada di syurga na’im, dan sesungguhnya orang yang buruk senantiasa di neraka jahim.” (Al-Infithar, 13-14).
“Apakah sama orang yang beriman dan orang yang fasik, sungguh tidak sama.” (As-Sajdah, 18).
“Adapun orang yang member dan bertaqwa dan bersedekah dengan penuh kebajikan sempurna, maka akan Kami akan memudahkan jalannya…Sedangkan orang yang bakhil dan mendustakan kebajikan, maka akan dipersulit jalannya.” (Al-Lail, 5-7).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ketika disebut Nama Allah, hatinya bergetar, dan ketika dibacakan ayat-ayatNya pada mereka, maka imannya bertambah kuat, dan kepada Tuhan mereka berserah diri. Yaitu orang-orang yang mendirikan sholat dan memberikan nafkah atas apa yang telah Kami rizkikan. Mereka itu adalah orang yang beriman dengan benar. Bagi mereka adalah derajat luhur di sisi Tuhan mereka, dan mereka mendapatkan ampunban dan rizki yang mulia.” (Al-Anfaal, 2-4).
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bahwa mereka bakal mendapatkan mandatr kekhalifahan di muka bumi sebagaimana Allah mengangkat khalifah orang-orang sebelum mereka.” (An-Nuur, 55).
“Maka masing-masing mereka itu Kami siksa akibat pebuatan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka yang yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi dan diantara mereka ada yuang Kami tenggelamkan, dan sekali-kali Allah tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al-Ankabuut, 40)
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan sebagian dengan yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf. Dan mereka menggenggamkan tangannya, mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang kafir dengan neraka jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka. Dan bagi mereka azab yang kekal.” (At-Taubah, 67-68).
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya, mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan akan mendapatkan syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya. Dan mendapatkan tempat-tempat yang bagus di syurga ‘adn. Dan keridhoan Alloah adalah lebih besar, adalah keberuntungan yang agung.” (At-Taubah, 71-72).
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan, tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa trenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka, karena keimanannya, di bawah mereka mengalir suangai-sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan. Doa mereka di dalamnya ialah Subhanakallohumma dan salam penghormatan mereka ialah Salaam. Dan penutup doa mereka ialah Alhamdulillahirobbil ‘alamiin.” (Yunus, 7-10).
Buah tafakkur terhadap makna ayat-ayat di atas adalah kecintaan terhadap orang-orang yang bahagia dan menuntun nadiri untuk mengi8kuti jejak mereka, mengamalkan sesuai amal-amal mereka, meakhlak dengan akhlak mereka. Sekaligius menjauhi orang-orang yang celaka, menjauhkan diri dari amal orang celaka, apalagi berakhlak dengan akhlak orang celaka.
Kita jangan keluar dari esensi yang ada di balk ayat tersebut, dan apa yang kami tunjukkan sudah cukup bagi mereka yang berakal sehat.
Hendaknya siapa pun mempresentasikan ragam setiap objek tafakkur yang relevan dengan ayat dan hadits Nabi Saw. Kami sampaikan relevansi hubungan objek tafakkur di atas dengan sejumlah ayat-ayatNya.
Anda harus menjauhi tafakkur terhadap Dzat Allah Swt dan Sifat-sifatNya, dari upaya mencari wujud nyata dan rasionalisasi terhadap wacana kaifiyahNya (seperti bagaimana bentuk, keadaan, arah, tempat dan waktu bagi Tuhan, pent). Banyak yang sia-sia dan hampa setiap orang yang mencoba menelusuri itu semua, atau terjebak pada proyeksi penyerupaan dengan makhluk. Dalam hadits Marfu’ disebutkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:
“Berfikirlah pada ayat-ayat Alloah dan jangan memikirkan pada Dzat Allah, sesungguhnya kalian tidak akan mampu menerka sebagaimana AdaNya.”
Inilah yang kami maksud dengan etika dibalik aktivitas tafakkur ini, serta tujuan dari wirid itu semua adalah menghadirkan diri di hadapanNya. Anda harus konsern di sana dantidak akan pernah sampai, kecuali ada menempuh thariqahnya; yaitu berbuat amal lahiriyah dengan upaya menghadirkan diri (hati) pada Allah Swt. Bila anda mampu konsisten di sini anda akan dibiasi oleh cahaya taqarrub, lalu mengalirlah ilomu-ilmu ma’rifat. Padsa saat itulah totalitas diri Anda benart-benar menghadap Allah Swt, sehingga kehadiran anda beserta Allah Swt, adalah wujud kesopanan dan danakhlak yang luhur di hadapanNya. Hingga anda berupaya untuk hadir bersama khalayak ketika ada kebutuhan dengan mereka. Namun jika tidak mampu demikian maka anda bias menmbangkitkan rasa sirna dan tenggelam serta fana’ dari segala hal selain Allah Swt sebagaimana diraih oleh Ahlullah.
Semua itu harus dilakukan dengan konsistensi terhadap amaliyah lahiriyah, dengasn menjaganya disertai rasa hadir di hadapan Allah Swt. Anda harus waspada untuk meninggalkan amaliyah wirid, karena anda dikawatirkan tidak bias langgeng, dan hal demikian adalah bentuk kebodohan.
Jangan pula mengamalkannya setiap waktu hanya karena alibi semangat dan selesainya urusan dunia, justru ketika semangat amaliyah harus bertambah dan ketika malas, amaliyah tidak boleh berkurang.
Ingatlah bahwa bergegas pada kebajikan danb menjaga ibadah serta istiqomah dalam kepatuhan adalah perilaku utama para Nabi dan para Wali, dari awal hingga akhir. Merekalah makhluk paling mengenal Allah Swt, maka wajar mereka adalah paling beribadah, paling taat dan paling takut dan cinta kepada Allah Swt.
Kadar penghadapan diri pada Allah swt, menurut kadar kecintaan hamba padaNya, dan kadar cdiukur menurut kadar ma’rifatnya. Sang hamba yang paling mengenalNya pastilah hamba yang paling mencintaiNya.
Bila dirimu dilipiuti oleh kesibukan duniawi dan hawa nafsumu menyeretmu yang menjauhkan dirimu dari wiridmu dan konsistensi ibadahmu, makaupayakan dengan serius agar anda punya waktu satu jam untuk Allah di pagi hari, dan satu jam di sore hari, paling tidak anda sibuk dengan istighfar dan tasbih serta ragam ibadah lainnya di dua waktu itu.
Dalam hadits Qudsy Allah Swt berfirman, “Hai anak Adam, jadikan (ibadah) untukKu satu jam di pagi harimu dan satu jam di sore harimu, Aku cukupkan dirimu waktu diantara pagi dan sore itu.”
Dalam hadits disebutkan, “Sesungguhnya lembaran catatan hamba ketika disodorkan pada Allah Azza wa-Jalla di setiap sore hari. Jika pagi dan sorenya si hamba itu dalam kondisi berbuat kebajikan, maka Allah Ta’ala berfirman pada para Malaikat, “Hapus saja, waktu antara pagi dan sorenya”. Dan itulah, “Anugerah Allah kepada kita dan kepada semua manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar